Radar Nusantara, Garut, Jawa Barat – Tiga calon wakil presiden (cawapres) yang berkontestasi dalam Pilpres 2024 beradu gagasan dalam debat yang digelar di Jakarta, Jumat (22/12) malam. Tema debat kali ini adalah ekonomi kerakyatan dan digital, keuangan, investasi, pajak, perdagangan, pengelolaan APBN/APBD, infrastruktur, dan perkotaan.
Proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara menjadi perdebatan yang panas dalam Debat Pilpres 2024 seri kedua, yang mempertemukan tiga cawapres, yakni Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD.
Gibran menyebut anggaran IKN tidak sepenuhnya ditanggung APBN, sementara Mahfud mendebat IKN belum ada investor dan Muhaimin Iskandar menyebut akan membangun 40 kota baru.
Berita Lainnya
Dalam debat kali ini, Muhaimin Iskandar, pasangan dari capres Anies Baswedan, sempat kerepotan menjawab pertanyaan dari pesaingnya, Gibran Rakabuming Raka tentang State of the Global Islamic Economy (SGIE).Secara keseluruhan, pengamat ekonomi kerakyatan dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Hempri Suyatna, menilai jawaban dari para cawapres mengenai persoalan ekonomi kerakyatan dan digitalisasi “tidak terlalu tajam” dan “belum fokus pada inti persoalan yang dihadapi masyarakat”.Hempri juga menilai kurang elaborasi dan kurang membeberkan langkah konkret yang akan dilakukan.
Senada, peneliti Center of Food, Energy, and Sustainable Development dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Dhenny Yuartha Junifta mencatat ada sejumlah hal yang luput dalam debat cawapres kali ini.
“Beberapa cawapres saling berdebat terkait dengan bagaimana meningkatkan tax ratio, cuma di sisi lain, soal bagaimana langkah-langkah tax ratio itu dapat ditingkatkan, sepertinya luput dari perdebatan kali ini,” ujar Dhenny.
Berikut rangkuman Debat Pilpres 2024 seri kedua yang dihimpun awak mediA beserta tanggapan para pakar.
Apa pertanyaan yang membungkam Cak Imin?
Cak Imin, begitu Muhaimin Iskandar biasa disapa, tak memahami pertanyaan yang dilontarkan Gibran mengenai State of the Global Islamic Economy (SGIE) dalam salah satu sesi debat yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta.
“Karena Gus Muhaimin ini adalah ketua umum dari Partai PKB, saya yakin Gus Muhaimin paham sekali soal ini. Bagaimana langkah Gus Muhaimin untuk menaikkan peringkat Indonesia di SGIE?” tanya Gibran Rakabuming Raka.
Cak Imin kemudian membalas, “Terus terang saya tidak paham SGIE.”
Ia pun meminta Gibran untuk menjelaskan apa itu SGIE. Moderator debat, Alfito Deanova, sempat menanyakan apakah Cak Imin benar-benar ingin Gibran langsung menjawab.Ada lagi pertanyaan? Ini waktu Anda memberikan jawaban dua menit, kalau dipakai untuk bertanya waktu akan habis. Tidak apa-apa?” tanya Alfito.
Cak Imin menjawab, “Tidak apa-apa, karena saya tidak pernah mendengar istilah SGIE itu.”
Gibran lantas menerangkan mengenai SGIE.
Dalam konferensi pers pascadebat, Cak Imin merespons pertanyaan mengenai ketidaktahuan istilah SGIE tersebut.
“Istilah-istilah itu kan banyak sekali. Ada yang kita hapal [ada pula] yang kebetulan lupa singkatannya,” tutur Muhaimin.Menurut Muhaimin, pertanyaan yang mengandung singkatan teknis bisa saja dimunculkan setiap saat dan yang penting adalah apakah akhirnya penjawab mengerti substansi dan bisa menjelaskannya secara tepat.
Anies Baswedan selaku pasangan capres Muhaimin mengatakan terminologi teknis bisa dijawab dengan Google.
“Yang dibutuhkan dalam level kepimpinan nasional adalah yang substantif,” ujarnya.
BACA JUGA : Tiga Poros Capres-Cawapres yang Diusung Tiga “Dinasti Politik”
“Publik bisa menilai kualitas pertanyaan […] apakah ini format Cerdas Cermat atau format ideologi selaku pemimpin nasional, tetapi sebagai pertanyaan ya sah-sah saja.”
Apa saja janji para cawapres soal isu ekonomi?
Gibran Rakabuming Bumi menjadi cawapres pertama yang menyuarakan visi dan misinya dalam Debat Pilpres 2024 seri kedua. Dia mengusung visi misi di bidang ekonomi yang “berkelanjutan, percepatan, dan penyempurnaan.”
Di atas panggung, dia menjelaskan bahwa nantinya Indonesia harus mampu keluar dari middle income trap, keadaan ketika suatu negara berhasil mencapai tingkat pendapatan menengah tetapi tidak bisa keluar dari tingkatan menjadi negara maju.
Untuk itu kuncinya, menurut Gibran, menaikkan nilai tambah di dalam negeri di tengah gempuran resesi dan konflik geopolitik.Jika terpilih, ia menjanjikan akan melanjutkan hilirisasi, bukan hanya di sektor tambang, tapi juga pertanian, perikanan, dan digital.
Selain itu dia bersama Prabowo Subianto juga akan melanjutkan pemerataan pembangunan yang tak lagi “Jawa Sentris”.
Kemudian, yang tak kalah penting adalah menggenjot ekonomi kreatif dan UMKM. Pasalnya Gibran mengeklaim, Indonesia memiliki 64 juta pelaku usaha kecil dan menengah yang menyumbangkan 61% dari PDB.
“Jika dipenuhi maka insyallah terbuka 19 juta lapangan kerja,” ucapnya.
Gibran juga menyinggung bahwa pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang berkelanjutan akan membuka titik pertumbuhan ekonomi baru, membuka akses, dan konertivitas, serta lapangan kerja.
IKN juga klaimnya tak hanya menjadi bangunan pemerintah, tapi simbol pemerataan pembangunan di Indonesia dan simbol transformasi pembangunan di Indoensia.
Ia juga meyakini suatu saat nanti Indonesia akan menjadi raja energi hijau dunia dengan mengembangkan bio diesel, bio avtur dari sawit, dan bio etanol.
“Untuk digitalisasi akan siapkan anak-anak muda yang ahli AI, ahli bitcoin, ahli robotik, ahli perbankan syariah, dan anak muda ahli kripto.”
Peneliti INDEF Dhenny Yuartha Junifta mengatakan bahwa tujuan ekonomi Indonesia ke depan adalah lepas dari middle income trap.