Dalam kesempatan tersebut, terdapat dua anak muda Indonesia yang turut memaparkan inovasi mereka, yakni Nadea Nabilla dan Fajar Sidik Abdullah Kelana. Nadea Nabilla menjelaskan bahwa dua juta nelayan skala kecil menghasilkan lebih dari delapan juta ton karbondioksida per tahun. Hal tersebut disebabkan oleh penggunaan bensin yang menghabiskan 70 persen pendapatan mereka.
Untuk itu, dia membuat suatu inovasi berupa mesin kapal listrik nelayan, Manta One, yang disebutnya dapat mengurangi karbon hingga 78 persen. “Peralihan dari mesin pembakaran ke Manta One akan memberikan dampak langsung terhadap pengurangan karbon sebesar 78 persen dan efisiensi biaya per perjalanan sebesar 70 persen. Ini merupakan kebanggaan sekaligus kebahagiaan bagi Indonesia,” ujar Nadea.
Sementara itu, Fajar Sidik Abdullah Kelana menjelaskan dampak perubahan iklim terhadap sektor perikanan budidaya. Menurutnya, perubahan iklim telah menyebabkan penurunan kualitas air dan menyebabkan gagal panen yang berdampak pada 2,2 juta petani ikan di Indonesia dan petani ikan di belahan dunia lainnya.
Berita Lainnya
BACA JUGA : Presiden Jokowi: Indonesia-Mikronesia Punya Peran dan Kontribusi Nyata Hadapi Tantangan Bersama
Berangkat dari isu tersebut, Fajar membuat sebuah inovasi berupa microbubble aerator berkelanjutan yang terintegrasi untuk meningkatkan kualitas air di sektor budidaya perikanan. Inovasi tersebut, menurutnya, terbukti mampu meningkatkan produksi budidaya perikanan dan pendapatan petani ikan sebesar 30 persen.
“Tidak hanya itu, inovasi kami juga menurunkan amonia dalam air sebesar 17 persen dan menurunkan konsumsi listrik sebesar 40 persen dibandingkan dengan teknologi aerator yang ada saat ini,” jelas Fajar.