Radar Nusantara, Garut, Jawa Barat – Masih ingatkah kiprah para pendahulu dalam memberikan sumbangsih bagi kemerdekaan dan mengisinya dengan khidmat terbaik.
Kiprah ulama, kiai dan santri dari Nahdlatul Ulama demikian nyata dan sumbangsihnya diakui berbagai kalangan. Bahkan tidak sedikit namanya kemudian diakui sebagai pahlawan nasional.
Para pahlawan nasional dari NU ini, menurut sejarawan KH Abdul Mun’im DZ menunjukkan bahwa jamiyah ini bukan pemain figuran dalam pembentukan negara, melainkan pemeran utama.
Berita Lainnya
Artikel diambil dari: 9 Tokoh NU Bergelar Pahlawan Nasional
Berikut ini nama tokoh bergelar pahlawan nasional yang pernah aktif di NU di berbagai tingkatan yang disusun berdasarkan tahun penetapan gelar. Hanya disajikan riwayat sangat singkat dan sebagian kecil peran dan jasa mereka yang besar untuk umat dan negaranya.
BACA JUGA : Sejarah Tanah Jawa
- Hadratussyekh KH Hasyim Asyari
KH Hasyim As’yari adalah tokoh utama dan pendiri Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926. Merupakan satu-satunya penyandang gelar Rais Akbar NU hingga akhir hayatnya dan tak pernah ada lagi hingga sekarang.
Ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada tahun 17 November 1964 berkat jasanya yang berperan besar dalam pendidikan melalui NU dan melawan penjajah. Salah satu di antara jasanya untuk negara ini adalah memutuskan NU untuk mengeluarkan resolusi jihad fi sabilillah yang direkomendasikan untuk pemerintah RI yang baru berdiri dan jihad fi sabilillah untuk umat Islam dengan fatwa bahwa setiap orang dewasa yang berada dalam radius 90 km dari medan pertempuran melawan penjajah wajib berperang. Keduanya diputuskan menjadi pernyataan resmi organisasi NU pada 22 Oktober 1945. Tanggal tersebut kemudian dijadikan sebagai hari santri.
- KH Abdul Wahid Hasyim
Adalah putra Hadratussyekh KH Hasyim As’yari dan ayah dari presiden keempat RI KH Abdurrahmann Wahid. Merupakan salah satu anggota Badan Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang memelopori masuknya ilmu pengetahuan umum ke dunia pesantren dengan mendirikan Madrasah Nidzmiyah dengan ilmu umum 70 persen, ilmu agama 30 persen.