Radar Nusantara, Banda Aceh — Bapak Kapolda Aceh Irjen Pol Drs Achmad Kartiko SIK MH didampingi Wakapolda Brigjen Drs Armia Fahmi SH MM dan Kapolresta Banda Aceh Kombes Fahmi Irwan Ramli SH SIK MSi melaksanakan Jumat Curhat perdana di MZ Kupi Lamprit, Kota Banda Aceh, Jumat, 22 Desember 2023.
Dalam kesempatan itu, Kapolda menjawab sejumlah keresahan masyarakat yang hadir dalam program “Jumat Curhat bersama Kapolda Aceh”. Salah satunya terkait maraknya kedatangan pengungsi Rohingya ke Aceh.
Kapolda Aceh menjelaskan, seiring dengan masuknya sejumlah kapal berisi pengungsi Rohingya ke Aceh, dirinya telah memerintahkan Kapolres di jajarannya untuk melakukan pemantauan secara komprehensif di wilayah hukum masing-masing.
Berita Lainnya
Ia mengatakan, dari hasil penyelidikan yang dilakukan pihaknya selama ini diketahui bahwa pengungsi Rohingya yang masuk ke Aceh tidak semua dari Myanmar, melainkan dari tempat pengungsian Camp Cox’s Bazar Bangladesh.
BACA JUGA : Pangdam IM Memimpin Karya Bhakti Penanaman Pohon di Dsn. Pasi Leuhan Kec. Johan Pahlawan, Kab. Aceh Barat.
Pertamanya, sambungnya, mereka dianggap sebagai pengungsi yang notabene pencari suaka dan perlindungan, tetapi dari beberapa kasus yang telah terungkap diketahui bahwa kedatangan mereka ada kaitannya dengan penyelundupan manusia atau perdagangan orang, sehingga perlu didalami.
“Dari sejumlah kasus yang terungkap diketahui bahwa kedatangan pengungsi Rohingya ini terkoordinir. Pengungsi Rohingya ini dipungut biaya sebesar 20—100 ribu taka atau Rp3—15 juta per orangnya sebelum berlayar dari Bangladesh menuju negara tujuan,” ungkap Achmad Kartiko, menjawab keresahan masyarakat yang diutarakan Cut Ali Manyak, Ketua Forum Tuha Peut Kuta Alam, Kota Banda Aceh.
Kapolda Aceh ikut membeberkan, dari beberapa kasus yang ditangani pihaknya terungkap, bahwa modus pengungsi Rohingya Masuk ke Aceh itu sama. Mereka masuk tanpa surat resmi, tetapi memegang kartu UNHCR.
“Mereka berlayar dari Bangladesh sana dan kapalnya rusak, serta masuk ke Aceh. Modusnya sama. Sehingga menimbulkan tanda tanya, kenapa mereka bisa keluar dari tempat pengungsian Camp Cox’s Bazar Bangladesh? Ini yang sejatinya yang perlu diusut,” ujarnya.