Mengapa penting menggaris bawahi PEMILU YANG RIANG GEMBIRA? Itu karena catatan di masa lalu. Ini karena masa kelam yang pernah terjadi di pemilu kita.
Baiklah kita mulai dengan data. Pada tahun 2019, di ujung pemilu presiden, di Jakarta 20-21 Mei, tewas 8 orang dan cedera lebih dari 600 orang. Pemilu presiden saat itu berujung keriuhan pada kerusuhan.
Bukan pemilu yang riang gembira saat itu yang terjadi. Tapi politk yang penuh permusuhan, prasangka, kemarahan.
Berita Lainnya
Tengok pula pemilu yang lain: Pilkada di DKI 2017. Saat itu terjadi pembelahan masyarakat, permusuhan komunal yang keras sekali. Penyulutnya isu emosional karena politisasi agama.
BACA JUGA : Prediksi Intelijen ( Hendropriyono ) Parabowo Gibran Menang Pilpres 2024: Benarkah,!?
Masyarakat pun terbelah dan jejaknya terasa hingga sekarang akibat Pilkada di DKI Jakarta 2017. Keakraban warga negara berubah dan terpecah, berdasarkan garis primordial dan persepsi soal agama.
Politik saat itu juga tidak riang gembira. Sebaliknya itu politik yang menyimpan benci dan mengobarkan rasa curiga.
Berita yang lain lagi. Kita masih ingat juga betapa di era itu, 2017 pilkada dan 2019, pemilu sangat diwarnai oleh hoax, fitnah, black campaign, kebohongan, yang meluas terjadi di banyak tempat.