Oleh : Denny JA
Radar Nusantara, Garut, Jawa Barat – “Satu malam yang mengubah arah angin.” Ini mungkin metafor yang tepat menggambarkan hasil debat calon wakil presiden semalam, antara Gibran melawan Cak Imin melawan Mahfud MD.
Sebelum debat dimulai, betapa Gibran dipandang sebelah mata. Betapa ia menjadi underdog. Namun setelah debat selesai, arah opini publik pun berubah.
Gibran dianggap lebih menguasai panggung perdebatan. Apa yang terjadi?
Berita Lainnya
Kita mulai dulu dengan judul berita ini yang muncul setelah debat selesai. Dari Republika, menulis “Gibran kuasai debat Cawapres.”
Dari TV One, judulnya, “Berpengalaman jadi Walikota Solo, Gibran dinilai kuasai isu debat perdana cawa pres 2024.”
Juga media lain mewartakan: “Dianggap menang debat cawapres malam ini, nama Gibran jadi omongan netizen.”
BACA JUGA : Gibran dalam Sorotan Fakta Hukum MK dan Pertimbangan Politis
Bagaimanakah sebenarnya menang dan kalah dalam debat capres/cawapres ini dinilai? Variabel apa yang umumnya dijadikan kriteria?
Maka kita pun teringat perdebatan calon presiden pertama dalam sejarah di televisi. Itu terjadi antara Richard Nixon melawan John F Kennedy dalam pemilu presiden Amerika Serikat tahun 1960.
Bagi yang mendengar debat ini hanya dari radio, umumnya mengatakan Nixon yang menang. Tapi bagi yang menonton debat di televisi, mayoritas menyatakan sebaliknya: Kennedy lah yang menang.