Gemuyang disebut Benteng yang di bangun pejuang-pejuang Gayo Lues sebagai basis pertahanan dari serangan musuh.
Benteng ini berlokasi di lereng gunung dekat Kampung Peparik Gaib, Kecamatan Belang Jerango yang di perkirakan tidak jauh darimarkas Kompi Brimob sekarang.
Menurut ukuran pada masa itu Benteng Gemuyang adalah benteng yang terkuat dan yang di kawal oleh pejuang laki-laki dan perempuan serta orang Dewasa.
Berita Lainnya
Dalam pertempuran merebut benteng ini, pejuang Gayo terbanyak gugur selain dari yang dapat meloloskan diri, setelah perang Pining – Tingkem.
BACA JUGA : Kesan dan Harapan Penggiat Seni Pertama Kali Kunjungi IKN bersama Presiden Jokowi
Menurut catatan Kempees yang telah dibukukan jumlah korban tewas dalam perang Gemuyang, pihak pejuang laki-laki 160 orang, perempuan dan anak-anak 140 orang, sedangkan pihak Belanda hanya 2 orang yang tewas dan 15 orang yang luka-luka.
Tentu saja hal ini di sebabkan peralatan perang yang tidak seimbang, karena pasukan Belanda memiliki Senjata Api sedangkan pejuang Gayo hanya mengandalkan semangat Jihad dan senjata Tradisional berupa kekercetan (semprotan) air cabe, Ali-Ali, Semburan Api, Tombak bambu dan pedang.
Akhirnya tanggal 3 Juni 1904 seluruh Gayo Lues berhasil diduduki Belanda, kemudian Van Daalen menerobos Tanah Alas (Aceh Tenggara).